Senin, 24 Maret 2014

Pembunuhan Mia Nuraini terkait Psikologi



Pembunuhan Mia Nuraini Terkait Psikologi

Mia Nuraini, 16 tahun, tewas mengenaskan setelah terkena pukulan menggunakan gir sepeda motor. Pelakunya adalah A, mantan pacar korban yang hingga kini masih menjadi buron kepolisian. Polisi pun sudah berhasil menangkap enam dari delapan pelaku yang diduga menjadi penyebab tewasnya Mia.

Kepala Polsek Cilandak Kompol Sungkono, Kamis, 13 Maret 2014, mengungkapkan bagaimana peristiwa itu terjadi. Berawal dari kisah cinta antara Mia dan A. Hubungan percintaan mereka tidak bertahan lama dan keduanya sepakat untuk putus. Tak lama kemudian, Mia kembali berpacaran dengan laki-laki bernama Soni. Karena masih cinta, A pun cemburu dan menyimpan dendam kepada pasangan tersebut.

A sempat terlibat cekcok dengan Soni karena persoalan asmara tersebut. Saat itu A babak belur karena kalah berkelahi dengan Soni. Dia mengaku dendam dan berniat membalas perkelahian tersebut. Namun dia tidak sendiri, melainkan dibantu oleh rekan-rekannya, yakni Albi Haq, 21 tahun, Indra Rifai (30), NP (16), Yulkiansyah(19), Yeti (19), Putri (20), dan AR.

Aksi balas dendam itu pun dilakukan pada Rabu dinihari, 12 Maret 2014. Saat itu Mia dan Soni sedang melintas di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Mereka juga pergi bersama Surya, 16 tahun, dengan menggunakan dua sepeda motor. Tiba-tiba datang rombongan A dengan empat sepeda motor yang langsung memepet dua sepeda motor tersebut.

Aksi kejar-kejaran menggunakan sepeda motor pun terjadi. Namun, saat melintas di Jalan Poncol, Soni dan Mia terjatuh. Penyebabnya karena gir sepeda motor yang digunakan A untuk memukul Soni. Saat itu Soni yang membonceng berhasil menghindar dari sabetan besi bergerigi yang ada di kepalan tangan A.

Namun sialnya, gir yang diayunkan oleh A malah menghantam kepala Mia yang sedang mengendarai sepeda motor. Seketika itu juga sepeda motor terjatuh tepat di depan Terogong Residence. Setelah terjatuh, para pelaku langsung mengejar Soni dan Surya yang sepeda motornya juga jatuh. Keduanya pun diteriaki maling oleh para pelaku hingga akhirnya terjadi penganiayaan menggunakan kayu, stik golf, dan gir motor.



Setelah puas menghajar korban, para pelaku segera pergi meninggalkan tempat kejadian. Menurut warga yang melihat peristiwa itu, aksi penganiayaan berlangsung sekitar 15 menit. Warga pun tak berbuat apa-apa karena tidak mengenali korban maupun pelaku yang dikira merupakan anggota geng motor itu.

Dalam kondisi penuh luka, warga akhirnya membawa ketiga korban ke Rumah Sakit Fatmawati untuk mendapatkan perawatan. Mia mengalami luka paling parah akibat gir sepeda motor milik A. Sekitar pukul 13.00, Mia meninggal dunia. Sedangkan Soni dan Surya masih dalam perawatan di rumah sakit.

Polisi pun langsung memeriksa sejumlah saksi untuk mengusut kasus penganiayaan yang berujung pada tewasnya Mia itu. Warga yang melihat peristiwa itu berhasil membantu polisi mengidentifikasi sepeda motor pelaku sehingga keberadaan mereka bisa dilacak. Tak sampai 24 jam, enam pelaku berhasil ditangkap.

Sedangkan A dan AR hingga saat ini masih buron dan dalam pengejaran polisi. Setelah diperiksa, para pelaku menyatakan penganiayaan dilakukan karena rasa cemburu dan dendam A kepada Mia. Para pelaku pun menyatakan penganiayaan itu sudah direncanakan sejak pekan lalu. Kini para pelaku dijerat Pasal 170 KUHP tentang Penganiayaan dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara.
Menurut pandangan psikologi dalam kejadian ini kecemburuan yang di barengi dengan emosi rasa kesal,marah dan tidak terima yang dirasakana si A ada hubungannya dengan agresifitas dan hilangnya rasa empati didalam diri si A.
Jika rasa empati pada individu sudah tertanam maka individu tersebut dapat melepaskan rasa agresifitas yang negative seperti kasus pembunuhan ini yaitu agresif dalam memiliki seseorang.  Hal yang salah dalam kejadian ini adalah penerapan pola asuh terhadap anak dan lingkungan sosial juga ikut berperan.
Pola asuh yang diterapkan dari orang tua mia yaitu Permissive Parenting. Permissive Parenting ialah pola asuh yang bersifat menuruti kemauan anaknya atau memanjakan. Seperti yang dilihat orang tua mia membebaskan mia pergi dengan siapapun tanpa mengenal lebih dalam teman yang mengajak mia pergi. Kurangnya pengawasan terhadap anak membuat anak berprilaku bebas dan tidak mempunyai aturan.
Sedangkan jika dilihat dari prilaku si A (mantan Mia) ia mempunyai agressivitas yang sangat tinggi untuk bisa memiliki orang lain dan mempunyai emosional yang tinggi. Perilaku yang ia lakukan pada kejadian ini terdiri dari beberapa faktor. Bisa dari faktor lingkungan, dimana terlihat ia bergaul dengan teman-teman yang salah. Teman-teman yang ikut mendukung tindakan negative ini. 
Sumber : 


King, A.L, (2010). The science of psychology. Bostnon: McGraw Hill Profesional
 http://www.merdeka.com/peristiwa/kronologi-mia-gadis-16-tahun-tewas-dihantam-gir-mantan-pacar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar